Pada dasawarsa 1980-an, sebuah organisasi bernama ISO (International Organization of Standardization) mengembangkan sebuah model arsitektur jaringan yang disebut Open System Interconnection Reference Model for Open Networking atau yang lebih dikenal dengan OSI Model. Model OSI ini dikembangkan untuk mendukung perkembangan metode jejaring komputer pada masa itu.
Saat ini, perusahaan IT services di Indonesia yang menggunakan model OSI layer pada jaringan komputer yang dipasang masih bisa ditemukan, meskipun jumlahnya tidak banyak. Namun, bagaimana model OSI layer diterapkan pada jaringan dan apa saja penggunaannya?
Apa Itu OSI Model?
OSI (Open System Interconnection) adalah sebuah standar kerangka arsitektur jaringan komputer. Model OSI mengelompokkan fungsi komputasi ke dalam beberapa setel aturan dan persyaratan untuk mendukung interoperabilitas di antara bermacam produk dan perangkat lunak. Standarisasi model OSI ini dikembangkan utamanya sebagai model rujukan bagi perusahaan IT services dalam membangun struktur jaringan komputer.
Layer dalam Model OSI
Model referensi OSI membagi komunikasi antarsistem komputasi ke dalam tujuh lapisan (layer). Kami akan menjelaskan masing-masing lapisan dimulai dari lapisan paling bawah hingga lapisan teratas.
Lapisan ke-1: Physical Layer
Lapisan ini merupakan lapisan paling bawah dan paling utama dalam model OSI dan bertindak sebagai fondasi jaringan. Physical layer berfungsi mendefinisikan aspek-aspek fisik seperti media transmisi, sinkronisasi bit, metode persinyalan, perkabelan, dan topologi jaringan untuk ditransmisikan baik menggunakan sinyal elektrik maupun optik ke perangkat penerima.
Lapisan ke-2: Data Link Layer
Lapisan ini membangun, memutuskan, dan mengatur koneksi antara dua perangkat yang terhubung secara langsung dalam suatu jaringan. Fungsi lapisan ini meliputi melakukan koreksi kesalahan, mengatur aliran data (flow control), dan pengalamatan perangkat keras.
Lapisan ini terdiri dari dua sub-layer: Logical Link Control (LLC) yang mengidentifikasikan protokol jaringan, melakukan pengecekan gangguan, dan sinkronisasi frame; dan Media Access Control (MAC) yang menggunakan MAC Address untuk menyambungkan perangkat dan mengizinkan terjadinya transmisi data.
Lapisan ke-3: Network Layer
Lapisan ini bertugas menerima data dari lapisan kedua dan mengirimnya ke tujuan. Network layer menemukan tujuan pengiriman data melalui logical address—seperti IP (Internet Protocol)—yang tercatat pada paket data tersebut. Peran router sangat penting untuk melaksanakan tugas ini.
Lapisan ke-4: Transport Layer
Lapisan ini mengatur pengiriman dan melakukan pengecekan error pada paket data. Lapisan ini juga mengatur ukuran, pengurutan, dan transfer data antara sistem dan host. Paket data dibagi ke dalam beberapa segmen sebelum dikirimkan ke session layer untuk kemudian disatukan kembali menjadi data utuh. Protokol yang umum digunakan pada lapisan ini adalah TCP (Transmission Control Protocol).
Lapisan ke-5: Session Layer
Lapisan ini mendefinisikan dan mengendalikan koneksi yang dapat dibuat, dipelihara, atau diputuskan. Lapisan ini juga mengatur autentifikasi dan rekoneksi apabila terjadi gangguan pada saat terjadi sambungan. Protokol yang dapat ditemukan pada lapisan ini antara lain NFS, SMB, dan RTP.
Lapisan ke-6: Presentation Layer
Lapisan ini bertugas menerjemahkan format data untuk kemudian ditransmisikan ke lapisan ketujuh. Enkripsi dan dekripsi yang dibutuhkan oleh application layer juga diatur di lapisan ini. Protokol yang digunakan pada lapisan ini meliputi MIME, SSL, TLS, dan sebagainya.
Lapisan ke-7: Application Layer
Pada lapisan inilah interaksi end-to-end antara user dengan sistem terjadi dalam sebuah jaringan. Lapisan ini memberikan layanan jaringan untuk aplikasi end-user seperti web browser. Application layer juga mengidentifikasikan partner komunikasi, ketersediaan sumber daya, dan sinkronisasi komunikasi.
Penutup
Meskipun saat ini model OSI layer tidak sepopuler model TCP/IP yang lebih ringkas, modul ini tetap sebuah standar arsitektur jaringan yang diakui oleh International Organization of Standardization (ISO). Rumitnya hierarki pada model OSI adalah penyebab menurunnya popularitas sistem ini dibandingkan dengan model TCP/IP. Meskipun begitu, kita masih bisa menemukan perusahaan IT services yang menawarkan model ini, meskipun tidak banyak.
Apa pun model arsitektur jaringan yang ingin Anda terapkan, pastikan Anda menggunakan jasa penyedia layanan IT dengan dukungan service point di 15 kota besar Indonesia.